Sabtu (6/7/2024), Yayasan Pendidikan dan Sosial atau Pondok Pesantren Al-Hijrah, Tamberu Alet Barat, Batubintang, Batumarmar, Pamekasan adakan pelatihan kepenulisan. Kegiatan yang dikemas dengan ngaji literasi tersebut sengaja digelar untuk menggali dan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis para santri setempat.
Hal itu sebagaimana disampaikan Taufiqurrahman, Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Hijrah. “Kalau sejauh ini santri ngajinya kitab-kitab kuning, kali ini kami juga kenalkan mereka penulisan karya sastra. Kami gagas program ngaji literasi. Kami datangkan penulis asal Madura juga, Mas Gafur, untuk memantik semangat para santri, baik tingkat MTs maupun MA,” katanya, Sabtu (6/7/2024).
Menurutnya, program bertajuk “Memupuk Literasi Santri” tersebut pertama kali digelar selama ia dapat amanah untuk jadi kepala madrasah tsanawiyah.
Dalam kesempatan ini, para santri diajak untuk mengenal dasar-dasar kepenulisan. Materi khususnya, mengenal cerpen dan kia-kiat mudah menulis cerpen bagi pemula.
Taufiq Idris, sapaan akrabnya bilang, program itu akan dilakukan secara berkelanjutan. “Nanti, kami akan ajak para santri untuk saling tukar karya dan dipajang di mading madrasah. Jadi, sehabis pelatihan ini, kami akan ajak santri untuk melatih kemampuan menulisnya. Kan, secara dasar, sudah dapat di kesempatan ini. Paling tidak, mereka punya modal dasar dulu,” jelasnya.
Ke depan, katanya, para santrinya akan difasilitasi buku-buku bacaan untuk menunjang semangatnya dalam membaca dan menulis.
Menurutnya, membaca, aktivitas yang harus jadi farduain bagi seorang pelajar. Sebab, kegiatan membaca dapat menambah wawasan. Sementara menulis, bagian dari cara menuangkan dari apa yang sudah didapat dari kegiatan membaca dan hasil imajinasi.
“Target kami, dari semua santri yang ikut kegiatan ini, ada yang nantinya punya karya. Tak mesti terbit jadi buku, ditulis tangan atau diprin sendiri lalu ditempel di mading madrasah, itu sudah luar biasa. Ya, semisal bisa sampai terbit buku, itu prestasi yang wajib kami apresiasi,” katanya.
Dia berharap, karena masih awal, para santri yang ikut kegiatan tersebut punya semangat untuk membaca dan menulis terlebih dahulu.
Dia menegaskan, santri setempat tidak dituntut langsung menulis bagus seperti penulis-penulis yang sudah punya banyak karya dan punya nama di tingkat nasional, atau sudah terbitkan buku.
“Tahap demi tahap dulu. Kami yakin, jika santri di sini benar-benar menekuni, suatu saat, ada yang jadi penulis hebat. Baik semasih nyantri secara formal maupun setelah nanti hidup bermasyarakat. Paling tidak, ada karya yang mampu terbit di media massa, baik lokal maupun nasional,” katanya.
Nurhayati, pemandu acara tersebut mengaku senang karena kegiatan tersebut dapat memantik para santrinya mengenal suasana baru.
“Saya senang melihat suasana baru seperti kegiatan ini ini. Kegiatan pelatihan seperi ini, bisa dibilang sebagai wahana baru. Apalagi pelatihan ini dilengkapi materi khusus; mengkaji literasi, mengenal dan kiat menulis cerpen, yang sejauh ini belum pernah dilaksanakan,” katanya, kepada Indoklik, Minggu (7/7/2024).
Dia bilang, kegiatan tersebut juga memberikan kesempatan kepada para santrinya untuk menggali potensi santri lebih dalam lagi di bidang kepenulisan, serta santri diajak berani tampil didepan umum dan berani berbicara melalui dialog dua arah.
Menurutnya, membaca dan menulis itu punya peran penting untuk mengasah keterampilan santri baik itu berbicara, memperluas pengetahuan dan menuangkan gagasan.
Dia berharap, melalui kegiatan serupa, para santrinya bisa lebih percaya diri untuk berbicara di depan umum, dan mereka dapat percaya diri bahwa bisa hasilkan karya tulis bermodal ilmu yang didapat dalam kegiatan tersebut dan mengembangkannya.
“Saya menyakini, kegiatan ini dapat jadi ajang bagi santri untuk menggali sekaligus mengasah bakat-bakat yang selama ini terpendam. Acara ini, jadi program nyata yang diharapkan mampu menyalakan semangat para santri Al-Hijrah untuk berkarya,” kata guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut.
Dia menilai, penyampaian materi sangat menarik, singkat dan padat serta mudah dipahami oleh santri. Penguasaan ruangan sangat baik, sehingga membuat para peserta fokus terhadap pemateri.
“Isi materinya bagus, penyampaian baik. Itu bagus, sih. Pemateri, kan, pertama kali ngisi di sini. Tapi, saya lihat, buat suasan acara ngalir dan akrab, seolah pemateri adalah yang datang tiap hari menyampaikan materinya. Itu bagus,” terang Hayati, sapaan akrabnya.
Hayati bersyukur digelarnya kegiatan tersebut. Selain jadi ajang buat para santri untuk asah kemampun menulis, para santri dapat menunjukan potensi keberaniannnya untuk ungkapkan pikirannya. Hal itu dibuktikan dengan sejumlah santri yang tanggap dan banyak ajukan pertanyaan.
“Dari kegiatan ini, saya jadi tahu, ternyata beberpa santri di sini sebenarnya punya kemampuan berbicara juga. Cuma, mungkin, sejauh ini kurang percaya diri,” terang Hayati.
Dia menilai, materinya disampaikan dengan sangat sederhana. Pengambilan contoh untuk jadi bahan menulis cerpen sangat dekat dengan kehidupan para santrinya (pesantren dan lokalitas kemaduraan).
“Saya bangga melihat langsung perubahan-perubhan yang mereka tunjukan,” jelas Hayati.
Kegiatan ini dibagi dua sesi. Sesi pertama untuk para santri putra dan sesi kedua untuk para santri putri. Materi untuk dua sesi tersebut sama-sama sajikan materi menulis cerpen untuk pemula.
Foto utama: Penyampain materi penulisan oleh narasumber.