Di tengah gempuran teknologi dan arus modernisasi, sekelompok anak muda di Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, justru memilih untuk menengok ke belakang. Lewat kegiatan bertajuk ‘Merokat Kenangan’ Sabtu (24/5/2025) komunitas Sudut Kalisat menghidupkan kembali babad-babad sejarah lokal yang hampir terlupakan.
Setelah sukses menggelar kajian Babad Biting tiga bulan lalu (8/2/2025), kali ini mereka kembali menghadirkan kisah masa lalu: Babad Sumber Jeruk.
Abdul Rasyid atau akrab disapa Cak Cid dari Sanggar Umah Wetan membacakan sejarah Desa Sumber Jeruk yang dikemas dengan macapat selama 1,5 jam. Pembacaan itu diiringi ketukan Gambang dengan nada yang ritmis dan dinamis. Menghadirkan tokoh-tokoh legendaris seperti Trisnopati, Ki Udan Panas dan beberapa tokoh pengikut lainnya.
Cak Cid mencoba menghidupkan kembali sejarah desa, folklore Udan Panas, keselarasan dengan alam, kerukunan dan kedamaian melalui tembang dan peneges.
Dalam penghujung tembangnya, Cak Cid mengajak mereka yang hadir untuk turut menggemakan sebuah mantra magis pembawa pesan kedamaian.
“Sapa wonge yen ora ngerti leluhur. Sejarahe bangsa. Ora ngerti jati diri. Bakal muspro dikwasani bangsa liya,” sebuah mantra yang digaungkan bersama puluhan orang yang hadir untuk menutup tembang macapat.
Kegiatan Merokat Kenangan bukan sekadar acara nostalgia. Di balik tembang macapat dan petikan catatan lama, tersimpan semangat riset dan pelestarian sejarah yang serius.
Dengan pendekatan tradisi lisan dan observasi mendalam, mereka menelusuri jejak-jejak masa silam melalui metode yang mereka sebut sebagai “ilmu memperhatikan” atau dalam istilah Jawa: niteni. Sebuah metode lokal yang sejatinya selaras dengan langkah-langkah ilmiah dalam penelitian sejarah modern yaitu menentukan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi, hingga penulisan historiografi.
“Merokat Kenangan adalah sebuah upaya untuk menghidupkan kembali memori-memori yang pernah melekat. Ia tidak hadir dari menara gading keilmuan semata, tapi dari tanah, dari laku sehari-hari, dari obrolan panjang dengan para sesepuh desa. Ia tidak membawa istilah rumit seperti heuristik atau historiografi ke tengah-tengah perayaan ini,” kata RZ Hakim, selaku Ketua Yayasan Studi Arsip Sudut Kalisat dalam keterangannya.
Di Kalisat, mereka tidak kekurangan bahan. Wilayah ini memiliki belasan desa dengan kekayaan cerita rakyat, situs-situs sejarah, hingga tokoh-tokoh sepuh yang masih menyimpan ingatan akan masa lalu. Tidak hanya itu, potensi seni dan budaya juga hidup di tengah masyarakat, mulai dari paguyuban Singo Lodro, kelompok tosan aji, hingga teater pelajar dan kelompok pecinta alam (Sispala).
“Sudut Kalisat beruntung berada di ruang geografi yang mendukung. Tinggal bagaimana kita mau belajar dari semuanya,” ungkap Hakim.
Ia juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada para tokoh seperti Cak Cid dari Sanggar Umah Wetan, serta para tetua desa yang turut menjadi sumber pengetahuan.
Merokat Kenangan membuktikan bahwa sejarah tidak melulu harus diajarkan di ruang kelas atau dibaca dari buku. Ia bisa dirayakan bersama, dilantunkan dalam tembang, dan disampaikan dari mulut ke mulut menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Setelah Biting dan Sumber Jeruk, harapannya, masih banyak babad lain yang menanti untuk digali.

Dengan semangat kolaborasi dan cinta terhadap akar budaya, Sudut Kalisat terus melangkah menyusuri jejak-jejak yang nyaris hilang. Sebuah usaha kecil yang layak untuk terus dikobarkan dan dijaga nyala semangatnya, karena dari sanalah sejarah lokal bisa kembali hidup dan dikenang.
Merokat Kenangan merupakan rangkaian menuju acara Kalisat Tempo Dulu 10 yang didukung oleh Dana Institusional untuk Lembaga Melalui Dana Indonesiana, LPDP dan Kementerian Kebudayaan.
Foto: Abdul Rasyid (Cak Sid) dari Sanggar Umah Wetan saat menembangkan Macapat Babad Sumber Jeruk yang diiringi ketukan Gambang dengan nada yang ritmis dan dinamis. (Foto: Dok. Sudut Kalisat).
Penulis: Abd Gafur
Editor : Abd Gafur