Berita CERITA FOTO Daerah

Soro’, Media Alternatif Warga Madura Dapat Air Bersih

Saat ini, Madura sedang ditemani musim kemarau. Satu sisi, mausim kemarau menjadi kabar baik untuk petani tembakau di Ragang, Waru, Pamekasan dan sekitarnya. Sebab, musim kemarau baik untuk pertumbuhan tembakau.

Di sisi lain, kemarau yang terlalu panjang juga bisa jadi kabar buruk; kekeringan yang mengakibatkan kekurangan air.  Sehingga, warga setempat lakukan ragam cara untuk dapatkan air bersih.

Sungai Pegghâ’, salah satu titik aliran sungai yang jadi pembatas Desa Ragang dan Bajur, Waru, Pamekasan terlihat kering kerontang. Sungai ini hanya dialiri air saat musim penghujan. Pengghâ’ diambil dari bahasa lokal yang memiliki arti putus. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik/)

Air, salah satu kebutuhan dasar manusia. Dan banyak cara yang dilakukan untuk bisa bertahan hidup. Termasuk dari mendapatkan air untuk minum sendiri dan ternak, mandi, dan juga untuk menyiram tanamannya.

Hal ini juga dilakukan oleh warga Desa Ragang dan sekitarnya.  Warga setempat biasa gali soro’, sebuah sumur musiman yang digali saat musim kemarau.

Soro’, merupakan salah satu sumber mata air musiman di Desa Ragang dan sekitarnya. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

Soro’ bisa ditemukan di cekungan-cekungan sungai yang sudah mengering di desa tersebut dan sekitarnya. Air yang keluar dari soro’ ini digunakan untuk ragam keperluan. Termasuk untuk dikonsumsi.

Sumber mata air musiman ini beragam ukuran. Tidak ada ketentuan khusus untuk menggalinya. Untuk di Desa Ragang, soro’ bisa memiliki kedalaman 3-5 meter dengan diameter 4-5.

Soro’, merupakan salah satu sumber mata air musiman di Desa Ragang dan sekitarnya. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

Air dari soro’ bila sudah jernih, langsung dikonsumsi. Saya sendiri sudah merasakan betul kesegaran air soro’ ini.

Hanya saja, belum ada penelitian secara akademik yang menyentuh media alternatif untuk dapat air bersih ini. Apakah airnya layak minum atau tidak.

Soro’ jadi penolng bagi warga sekitar sungai yang alami kekeringan untuk bisa dapat air.

Soro’, merupakan salah satu sumber mata air musiman di Desa Ragang dan sekitarnya. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

Soro’ ini digali secara manual dan alat seadanya. Penggalian ini bisa dilakukan secara individu dan gotong royong.

Biasanya, warga yang menggali ini biasanya dengan sukarela membolehkan siapa saja yang membutuhkan, untuk keperluan minum sendiri dan ternak serta sekadar mandi.

Sementara bila untuk menyiram tanaman, harus lakukan komunikasi / pamit terlebih dahulu.

Sombher atau sumber salah satu media untuk menampung air hujan kini sudah alami kekeringan. Sombher ini bisa menampung air hujan selama musim hujan dan biasa ditemukan di tengah atau sudut lainnya di ladang-ladang warga Desa Ragang dan sekitarnya. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

Sejauh ini, air dari soro’ masih mampu untuk konsumsi dan mandi saja. Dan untuk keperluan menyiram tanaman dengan jumlah banyak di ladang, belum mencukupi karena volume air masih terbatas.

Kemunculan air soro’ ini terbatas. Soro’ akan tertutup secara otomatis kembali setelah musim penghujan. Dan warga akan lakukan penggalian di titik semula atau pindah di sekitarnya saat musim kemarau datang.

Tanah alami retak-retak akibat kekeringan yang panjang. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

 

Salah satu sombher yang sudah tidak ada airnya di Desa Bajur, Pamekasan. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

 

Tanah ini alami retak yang cukup lebar akibat kekeringan melanda. Visual ini biasa ditemukan di ladang-ladang warga Desa Ragang dan sekitarnya saat musim kemarau panjang. Foto ini diambil pada Kamis, 22 Agustus 2024.  (Gafur/Indoklik)

Anda mungkin juga suka...