Saat ini, Madura sedang ditemani musim kemarau. Satu sisi, mausim kemarau menjadi kabar baik untuk petani tembakau di Ragang, Waru, Pamekasan dan sekitarnya. Sebab, musim kemarau baik untuk pertumbuhan tembakau.
Di sisi lain, kemarau yang terlalu panjang juga bisa jadi kabar buruk; kekeringan yang mengakibatkan kekurangan air. Sehingga, warga setempat lakukan ragam cara untuk dapatkan air bersih.

Air, salah satu kebutuhan dasar manusia. Dan banyak cara yang dilakukan untuk bisa bertahan hidup. Termasuk dari mendapatkan air untuk minum sendiri dan ternak, mandi, dan juga untuk menyiram tanamannya.
Hal ini juga dilakukan oleh warga Desa Ragang dan sekitarnya. Warga setempat biasa gali soro’, sebuah sumur musiman yang digali saat musim kemarau.

Soro’ bisa ditemukan di cekungan-cekungan sungai yang sudah mengering di desa tersebut dan sekitarnya. Air yang keluar dari soro’ ini digunakan untuk ragam keperluan. Termasuk untuk dikonsumsi.
Sumber mata air musiman ini beragam ukuran. Tidak ada ketentuan khusus untuk menggalinya. Untuk di Desa Ragang, soro’ bisa memiliki kedalaman 3-5 meter dengan diameter 4-5.

Air dari soro’ bila sudah jernih, langsung dikonsumsi. Saya sendiri sudah merasakan betul kesegaran air soro’ ini.
Hanya saja, belum ada penelitian secara akademik yang menyentuh media alternatif untuk dapat air bersih ini. Apakah airnya layak minum atau tidak.
Soro’ jadi penolng bagi warga sekitar sungai yang alami kekeringan untuk bisa dapat air.

Soro’ ini digali secara manual dan alat seadanya. Penggalian ini bisa dilakukan secara individu dan gotong royong.
Biasanya, warga yang menggali ini biasanya dengan sukarela membolehkan siapa saja yang membutuhkan, untuk keperluan minum sendiri dan ternak serta sekadar mandi.
Sementara bila untuk menyiram tanaman, harus lakukan komunikasi / pamit terlebih dahulu.

Sejauh ini, air dari soro’ masih mampu untuk konsumsi dan mandi saja. Dan untuk keperluan menyiram tanaman dengan jumlah banyak di ladang, belum mencukupi karena volume air masih terbatas.
Kemunculan air soro’ ini terbatas. Soro’ akan tertutup secara otomatis kembali setelah musim penghujan. Dan warga akan lakukan penggalian di titik semula atau pindah di sekitarnya saat musim kemarau datang.


