Beranda » Siswa SDN Tamberu 2 Pamekasan: “Kapan Segel Sekolah Dibuka? Aku Pengen Belajar di Kelas, Bukan di Garasi dan Teras”

Siswa SDN Tamberu 2 Pamekasan: “Kapan Segel Sekolah Dibuka? Aku Pengen Belajar di Kelas, Bukan di Garasi dan Teras”

Sejumlah siswa berseragam batik dominasi warna merah sedang duduk berhadap-hadapan di atas sepotong karpet warna merah, Rabu (13/11/2024) pagi. Perangkat belajar seperti buku pelajaran, buku tulis dan bolpen tergeletak di tengah-tengahnya. Beberapa tas ragam warna sebagian ditumpuk di ujung karpet yang kosong, sebagian lain ada yang dijadikan sandaran. Beberapa pasang sepatu warna hitam dan satu warna putih tergelatak di permukaan lantai plester.

Di sudut lain, sejumlah siswa tengah  memperhatikan gurunya yang sedang membenarkan posisi kipas warna hitam angina di atas kursi. Ada yang berdiri, ada juga yang sedikit jongkok tanpa alas kaki. Di belakakang mereka terdampat papan tulis wana putih disandarkan pada tempok dan menyentuh lantai.

Visual itu terpotret di garasi mobil milik warga yang dijadikan salah satu ruang belajar alternatif bagi peserta didik SDN Tamberu 2, Kecamatan Batumarmar, sejak disegel Juni 2024 karena lahan dalam sengketa. Lokasinya tak jauh dari gedung sekolah.

Beberapa siswa tampak sedang memperhatikan aktivitas gurunya memperbaiki posisi kipas, Rab (13/11/2024). (Samhari/Indoklik)

“Izin ambil gambar KBM, Pak. Nanti dilanjutkan untuk wawancara ke siswa,” kata Indoklik kepada Plt Kepala Sekolah SDN Tamberu 2, Angga Dyan Kristiawan, usai perkenalan di depan garasi kala itu.

“Silakan, Pak. Nanti,  bisa ketemu saya lagi di sini untuk melanjutkan obrolan,” katanya.

“Pak, sekolah mau dibuka? Aku pengen belajar di kelas, bukan di teras seperti ini.” Suara lirih itu, terdengar saat Indoklik sedang ambil gambar kegiatan belajar mengajar di garasi mobil.

Suara itu terucap dari salah satu siswa saat  mendekati Ahmad Rasyidi, penyegel sekolah itu. Ia baru saja selesai bertegur sapa dengan kepala sekolah di bagian depan garasi mobil itu. Kedatangan Rasyidi ke sana, mengantar Indoklik untuk merekam kabar terbaru kondisi peserta didik sekolah yang ia segel sejak Juni 2024 lalu.

Kala itu, ada sekitar dua siswa mendekati mendekati Rasyidi yang tengah duduk atas motor.

“Ya, Pak. Kapan segel sekolah akan dibuka?” ucap siswa lainnya.

Tak sampai satu menit, sejumlah siswa lainnya berlarian dan berkerumun ke posisi dua temannya berada “Mau dibuka, Pak? Kapan? Ayo, Pak. Mau dibuka kan, Pak?” riuh mereka polos tanpa bergantian berbicara.

“Ya, nanti saya buka. Masih nunggu proses, nak.” Rasyidi merespon singkat sembari tersenyum lalu berangsek ke salah satu rumah warga di sebelah barat.

Salah satu kelompok belajar SDN Tamberu 2 tengah langsungkan KBM, Rabu (13/11/2024). (Samhari/Indoklik)

Indoklik berangsek ke seberang jalan, mendekati sejumlah siswa dan guru yang tengah melangsungkan KBM di sebuah teras rumah. Semakin mendekat, Indoklik merekam tembok rumah itu dengan dan kaca hitam lusuh berdebu, beratap seng yang sudah berwarna coklat kemerahan akibat karat, kusen jendela lapuk, dan sebagian jendela tanpa kaca.

Posisi duduk mereka tak jauh berbeda dengan yang di garasi mobil di seberang jalan. Duduk berhadap-hadapan dan guru berada perempuan berada di ujung. Sekilas, mereka belajar dengan formasi duduk layaknya Tanèan Lanjhâng.

Mereka duduk hanya beralaskan karpet motif belang-belang kombinasi warna biru, putih, coklat, hitam dan tampak kusut. Berpasang-pasang sepatu warna hitam dan beberapa sandal ragam warna tergeletak di belakang mereka.

Indoklik terus berpindah dari satu sudut ke sudut lainnya. Merekam aktivitas KBM. Dirasa cukup, Indoklik  mencari tempat duduk untuk sekadar istirahat ala kadarnya.

“Pak, kalau mau wawancara siswa, boleh langsung ke anak kami yang ini,” kata Angga, menghampiri Indoklik.

Ditemani Angga dan dua guru, dua siswa sudah berdiri di depan rumah beratap seng berkarat itu.

“Aku pengen, sekolah dibuka. Harapanku cuma itu, sekolah dibuka, karena kan kalau di luar  ini (teras rumah warga), kalau hujan deras bisa banjir. Kami tidak bisa belajar,” kata Fian, siswa kelas 4.

Indoklik tak bisa menanyakan lebih lanjut kepada Fian, karena alasan kondusifitas.

“Ok, kalian boleh kembali. Makasih, ya.” Kata salah satu guru yang menemani proses wawancara Fian. Ia dan temannya pun bergegas.

Salah satu siswa sedang menulis di dekat papan yang disandarkan ke pilar teras, Rabu (13/11/2024). (Samhari/Indoklik)

Beberapa menit kemudian, Indoklik kembali ke garasi bersama Plt Kepala sekolah SDN Tamberu 2.

“Kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan di teras rumah warga dan garasi ini, sejak sekolah disegel oleh yang mengklaim ahli waris lahan. Bapak tahu sendiri, kejadian ini sudah berjalan enam bulan, kurang lebih.” Dua kalimat diucapakan Angga membuka obrolan.

Angga mengehela napas. Beberapa kali melihat ke arah Indoklik dengan tatapan hangat. Sesekali tersenyum. Suasana hening beberapa detik.

“Saya berharap kepada ahli waris supaya segel tersebut segera dibuka. Kasihan anak-anak, tidak bisa belajar dengan nyaman, apalagi siswa yang belaja di teras rumah warga itu, kalau hujan mereka tidak bisa belajar, karena tempat mereka belajar terendam air.” kata Angga, memecah keheningan.

“Selain itu, apa yang terjadi sejauh ini, Pak?”

“Kami tidak bisa bicara panjang lebar, Pak. Yang jelas,…….” suaranya mengecil lalu hilang dan kembali mengehelas napas. Kalimat panjang terucap dari Angga “Kami hanya bisa berharap anak-anak bisa belajar di sekolahnya. Di sini, tugas kami (guru-guru) hanya menemani anak-anak belajar, sebab mereka ini amanah.”

****

“Kami sebagai wali murid sudah lama merindukan terbukanya sekolah ini, kasihan anak-anak bersekolah, kayaknya anak-anak ini tersiksa. Kalau hujan anak-anak lari-lari, Dampaknya, mereka basah-basahan. Terus, itu mengganggu aktivitas anak-anak, biasanya belajar mengajar dengan enak, nyaman. Anak-anak itu, bukunya kusut-kusut, bajunya juga, ya gimana kan, mereka duduk di lantai,  semua kotor. Mau bagaimana lagi? Sementara anak-anak disuruh pindah tidak mau,” keluhan itu muncul dari Juhairiyah, salah satu wali siswa SDN Tamberu 2, sekira satu jam sebelumnya.

Ia tengah duduk bersama sejumlah wali murid lainnya di salah satu sudut tak jauh dari lokasi berlangsungnya KBM.

“Kami, wali murid sudah mendatangi Pj Kepala Desa Tamberu, mantan Kades Tamberu serta ahli waris, guna meminta solusi supaya segel sekolah tersebut dibuka. Dan,…” pembicaraannya terhenti sekejap.

Pintu gerbang SDN Tamberu 2 masih tersegel, Rabu (13/11/2024). (Samhari/Indoklik)

Tak berselang lama, ia melanjutkan “…kepala desa bilangnya mau mengusahakan, itu dari dulu mulai sebelum penerimaan siswa baru. Janjinya mau dibuka,  tapi mungkin prosesnya belum seperti yang kami harapkan.”

“Saya mau secepatnya dibuka, apalagi ini sudah musim hujan. Kalau hujan, Kelas 1 dan 4 ini lari, dek. mereka kehujanan, sudah tidak ada tempatnya,” ujar Hafsah, wali murid lainnya.

Nenek moyang siswa hari ini, kata Juhairiyah, mayoritas alumni SDN Tamberu 2 ini. Ia memaklumi sikap siswa di sana, termasuk anaknya, tak mau pindah sekolah meski kondisinya terlantar di teras-teras rumah warga dan garasi mobil.

Mata Juhairiyah berkaca-kaca. Ia menghela napas agak panjang lalu berbicara pelan “Sekolah ini sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup kami. Harapan dengan sepenuh hati dan jiwa, ingin melihat anak-anak di sini bisa sekolah normal lagi.”

Foto: Sejumlah siswa SDN Tamberu 2 dan guru tengah melangsungkan kegiatan belajar mengajar di teras rumah warga beratap seng yang sudah karat, Rabu (13/11/2024). (Samhari/Indoklik)

Admin