Sejumlah santri Pondok Pesantren (Ponpes) Jalaluddin Ar-Rumi di Desa Jatisari, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, memantau kondisi dekat pondoknya, Selasa (9/7/2024).
Mereka juga diberikan pelatihan untuk mengidentifikasi mikroplastik di Sungai Jatisari. Melakukan biotilik untuk memantau kesehatan sungai, sekaligus mengikuti workshop zero waste yang melibatkan pengurus ponpes, masyarakat, dan perangkat desa.
Dalam kesempatan tersebut, Ponpes Jalaluddin Ar-Rumi juga meluncurkan program “Santri Peduli Lingkungan”. Ajakan melalui kegiatan detektif sungai.
Data yang didapat Indoklik.id, kegiatan tersebut diikuti sebanyak 300 santri. Mereka dilibatkan untuk mengikuti seminar tentang polusi plastik dan pencemaran sungai.
Moh. Al-Faiz, Pimpinan Kepala Pesantren Jalaluddin Ar-Rumi menyambut baik program program percaya 2024 kolaborasi antara Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON), BenihBaik dan Grab Indonesia tersebut.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para santri tentang pentingnya menjaga lingkungan serta menginspirasi mereka untuk berkontribusi secara aktif dalam upaya pengelolaan sampah di pesantren ini,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (9/7/2024).
Dengan adanya program Detektif Sungai, katanya, Ponpes Jalaluddin Ar-Rumi tidak hanya berkomitmen dalam memberikan pendidikan agama yang baik. Tetapi juga mendidik santri untuk peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi dalam menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan.
Dia bilang, Pondok Pesantren Jalaluddin Ar-Rumi didirikan dengan tujuan memberikan pendidikan agama yang berkualitas kepada santri-santrinya.
“Pesantren ini berkomitmen untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kesadaran lingkungan, guna mencetak generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap alam,” jelasnya.
Tonis Afrianto, Koordinator Detektif Sungai Ecoton menjelaskan, program tersebut sangat penting untuk menciptakan sinergi antara berbagai elemen masyarakat dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan.
“Kerja sama ini sangat penting untuk Kami berharap program ini dapat menjadi contoh bagi pesantren-pesantren lain di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, program “Detektif Sungai” ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa peduli lingkungan di kalangan santri serta mendorong kolaborasi antara pesantren, masyarakat, dan pemerintah desa dalam menangani masalah sampah domestik.
Melalui pemilahan sampah dan pengelolaan bank sampah, katanya, diharapkan dapat tercipta solusi berkelanjutan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan pesantren dan kawasan Desa Jatisari.
Roudhotun Hasanah, salah satu santri Madrasah Aliyah Ponpes Jalaludin Ar-Rumi membeberkan, hasil pemantauan kesehatan sungai melalui indikator biota yaitu didapati skor biotilik 1,7.
“Artinya, sungai jatisari tercemar berat. Selain itu, ditemukan kontaminasi partikel mikroplastik dari jenis fiber, filamen dan fragmen,” jelasnya.
Program tersebut, katanya, membuat penyadartahuan terhadap santri, tentang pentingnya peduli akan kondisi lingkungan.
“Sebagai santri, saya menjadi lebih terbuka untuk lebih peka atau peduli terhadap lingkungan, khususnya sungai,” katanya.
Tonis bilang, workshop zero waste melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat sekitar dan perangkat desa. Pelibatan tersebut untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pengurangan sampah dan penerapan prinsip-prinsip zero waste dalam kehidupan sehari-hari.
“Dalam sesi ini, para peserta diajak untuk mempraktikkan pemilahan sampah serta mengenal lebih jauh tentang pengelolaan bank sampah yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” katanya.
Foto utama: Tiga santri santri Ponpes Jalaluddin Ar-Rumi sedang sedang mengambil sampel air di Sungai Jatisari, Jenggawa Jember. (Dok.ECOTON)