Organisasi pemuda peduli lingkungan, River Warrior, mendesak pemerintah segera menghentikan impor sampah plastik. Dalam surat resmi yang ditujukan kepada Presiden RI, organisasi yang dipimpin oleh Aeshnina Azzahra Aqilani ini menyoroti dampak buruk sampah impor terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Kami menemukan tumpukan sampah impor di lahan pabrik daur ulang, yang tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga meracuni rantai makanan dengan zat berbahaya seperti dioksin, BPA, dan mikroplastik,” kata Nina dalam keterangan tertulis.
River Warrior juga memaparkan sejumlah temuan, di antaranya limbah cair dari pabrik daur ulang sampah impor yang mencemari Sungai Brantas dan Porong. Sungai ini merupakan sumber air bagi jutaan warga di Jawa Timur, termasuk di Surabaya, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo.
“Pencemaran ini sudah masuk ke rantai makanan dan mengancam kesehatan masyarakat,” tambah Nina.
Menurut data UN Comtrade yang dikutip River Warrior, 11 negara pengirim sampah plastik terbesar ke Indonesia antara lain Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Negara-negara maju ini memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, tetapi lebih memilih mengekspor sampah plastiknya ke negara berkembang untuk menghindari biaya tinggi pengelolaan limbah yang aman di negaranya.
“Kami anak muda Indonesia menolak dijadikan tempat pembuangan sampah dunia. Negara maju harus bertanggung jawab atas limbahnya sendiri, bukan mengorbankan kesehatan dan lingkungan kami,” tegas Nina.
Dalam surat tersebut, River Warrior mengajukan lima tuntutan kepada pemerintah, di antaranya:
- Evaluasi izin impor semua perusahaan yang terlibat dalam impor sampah plastik dan kertas.
- Pengetatan pengawasan kontainer sampah impor di pelabuhan internasional.
- Penguatan sistem pengelolaan sampah domestik melalui layanan pengumpulan sampah terpilah di desa dan kelurahan.
- Penutupan lokasi pengolahan dan penimbunan sampah impor ilegal.
- Desakan kepada negara pengekspor untuk bertanggung jawab membersihkan tempat pembuangan sampah ilegal di Indonesia.
River Warrior juga meminta pemerintah melibatkan aktivis muda dalam menyusun roadmap penghentian impor sampah plastik. “Kami ingin memastikan masa depan Indonesia bebas dari polusi plastik. Anak muda punya hak atas lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan,” kata Nina.
River Warrior, yang aktif memantau dan mengadvokasi isu perdagangan sampah plastik sejak 2019, mengajak masyarakat untuk mendukung langkah ini demi menyelamatkan lingkungan Indonesia dari kerusakan lebih lanjut.
Bersamaan dengan dimulainya INC5 Senin 25 Nopember 2014, Di Busan, River Warrior mengirimkan surat Kepada Presiden Indonesia untuk Stop Sampah Impor
Nina menyampaikan surat dan foto-foto kerusakan lingkungan akibat daur ulang sampah import di Jawa Timur dan Banten. Dia menegaskan, ingin KLH melakukan penguatan pengawasan pada industri kertas yang mendaur ulang sampah impor, meneliti kadar dioksin di lokasi pembakaran sampah impor di Kepanjen Malang, Tropodo Sidoarjo.
“Surat itu disampaikan langsung Kepada Diaz Hendropriyono Wamen LH di BEXCO Convention hall Busan Korea Selatan, Senin 25 November 2024, 6.10 sore waktu Busan atau 16.00 WIB,” katanya.
Foto: Nina sedang bersama Wamen LH, Diaz Hendropriyono Wamen LH di BEXCO Convention hall Busan Korea Selatan, Senin 25 November 2024, 6.10 sore waktu Busan atau 16.00 WIB. (Dok.River Warrior )