Selasa (28/6/2024) hingga Rabu (3/7/2024), Padepokan Seni Madura di Dusun Bebengkon Desa Mantajun, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep gelar Festival Ritus Ghulur. Acara puncaknya mengangkat tajuk “Rokat Bhumi”.
Anwari, Ketua Panitia festival menjelaskan, acara tersebut untuk mengangkat kembali tarian Topèng Ghulur, salah satu kesenian setempat yang biasa digelar saat musim panen.
“Tarian Topèng Ghulur sebagai bentuk penyatuan terhadap bumi yang telah memberikan kehidupan bagi para petani. Pementasan ini sebagai upaya untuk memantik kesadaran masyarakat dalam menghargai bumi melalui seni dan budaya,” katanya saat sambutan, Rabu (3/7/2024) malam.
Anwari berharap, masyarakat setempat bisa melestarikan dan mengembangkan seni budaya lokal seperti ini. Dalam kesempatan tersebut, juga menampilkan Ghilis, teknologi lokal untuk menghaluskan jagung.
Menurutnya, saat ini jagung salah satu makanan pokok lokal Madura dan untuk mengukur kelas sosial seseorang. “Nasi jagung dianggap makanan orang miskin, walau khasiatnya cukup banyak. Pemikiran tersebut harus dihilangkan,” tegasnya.
Dalam pantauan Indoklik, penyelenggara juga meluncurkan Ruang Pameran. Rangkaian acaranya meliputi; pameran sape sono’, memandikan sapi bersama warga, pembacaan Mamaca dan menggilis bersama warga, kunjungan ke Museum, Keraton, dan Asta Tinggi di Sumenep, serta pelatihan bikin konten untuk pemuda setempat.
Selain itu, ada juga penampilan Ghândung (Zapin Madura), Pojhiyân, musik Tongtong, Can-macanan, Saronèn dan Topèng Ghulur.
Anwari juga meminta 24 penonton ikut menggilis jagung di atas panggung untuk memunculkan suara gilisan lebih keras dalam penampilan Tatèngghun Nèmor, salah satu rangkaian acara dari “Rokat Bhumi”. Ajakan tersebut disambut oleh sejumlah penonton dengan tepuk tangan dan 24 orang bergegas ke panggung pentas.
Acara tersebut dihadiri sejumlah masyarakat setempat, ragam komunitas di Madura, Peneliti Seni dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Institut Seni Indonesia Surakarta, serta Akademisi Seni Sendratasik.
Informasi yang dihimpun Indoklik, pagelaran acara tersebut didukung Kementrian Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Dana Indonesiana kategori Pemberdayaan Ruang Publik.
Elyda K. Rara, Produser Ritus Ghulur mengatakan, penampilan tarian Topèng Ghulur juga untuk mengapresiasi kepeloporan maestronya. “Hannan salah satu penari Topèng Ghulur legend di Sumenep,” katanya, saat menutup pertunjukan Tatèngghun Nèmor.
Foto utama: Penampilan tarian Topèng Ghulur.(Samroni/Indoklik)