Selasa (11/6/2024) pagi, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Pamekasan luncurkan dua program anyar; Guru Asuh (Rusuh) dan Kurikulum Integrasi Pesantren di aula madrasah.
Acara ini dihadiri Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pamekasan, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Pamekasan, Badrus Shomad, Komite Madrasah, Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) Kemenag Pamekasan, dan sejumlah guru serta tenaga kependidikan setempat.
Agus Budi Hariyanto, Kepala MTsN 3 Pamekasan bilang, Rusuh merupakan sebuah tindak lanjut berbagai temuan aktivitas siswa di luar sekolah yang memiliki kecenderungan sulit mengikuti perintah orang tua mereka.
“Bahkan dari laporan orang tua, anak-anak, mereka cenderung lebih patuh terhadap guru ketika diingatkan untuk sholat, belajar bahkan jadwal bermainnya,” katanya kepada Indoklik, Selasa (11/7/2024).
Program ini, terang Agus, melibatkan seluruh guru madrasah hasil metamorfosa dari MTsN Sumber Bungur tersebut yang akan berperan sebagai guru asuh bagi 5-6 siswa asuh tiap guru.
Agus menjelaskan, kurikulum integrasi pesantren merupakan sebuah bentuk inovasi sebagai bentuk sinergi MTsN 3 Pamekasan dengan Pondok Pesantren Sumber Bungur pada mata pelajaran Agama Islam, dari Al Qur’an Hadist, Fiqih, Aqiqah Akhlak, SKI dan Bahasa Arab.
“Guru PAI di MTsN 3 berkolaborasi dengan Ustadz/Ustadzah pada Ponpes Sumber Bungur untuk menganalisis materi yang diintegrasikan dengan materi kitab di pondok pesantren. Model ini merupakan sebuah strategi madrasah dalam menguatkan program yang ada yaitu penguatan kelas mata pelajaran,” ujarnya.
Mawardi, Kepala Kemenag Pamekasan mengapresiasi lahirnya program tersebut. Dia juga memotivasi guru di lembaga tersebut untuk istikamah mengamalkan tiga hal; Sodaqatun Jariyatun (Sedekah Jariyah), Ilmun Yantafa’u Bihi (ilmu yang bermanfaat), dan Wa Waladun Solihun Yad’u Lahu (anak soleh yang mendo’akannya).
“Sodaqatun Jariyatun (Sodaqah Jariyah), niatkan dalam diri kita dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai kapasitasnya masing-masing sebagai amal jariyah ikhlas semata-mata karena Allah,” jelasnya, sebagaimana dikutip dari laman resmi MTsN 3 Pamekasan.
Dalam konteks Ilmun Yantafa’u Bihi, urai Mawardi, tugas guru tidak hanya mengajar (transfer of knowledge) tetapi juga mendidik, membimbing, membina serta melakukan upaya pendewasaan diri terhadap anak didiknya. Hal tersebut, katanya, tentunya harus melewati banyak tantangan sehingga membutuhkan kesabaran yang tinggi.
“Yakinlah, ilmu yang kita salurkan akan sangat bermanfaat mereka sebagai generasi bangsa serta mengalirkan kebaikan-kebaikan,” seru Mawardi.
Dia menjelaskan, Wa Waladun Solihun Yad’u Lahu mengisyaratkan para siswa dianggap seperti anak kandung sendiri yang membutuhkan bimbingan, pembinaan serta pendidikan lainnya.
Bila siswa sudah dibimbing seperti anak kandung sendiri, katanya, maka para siswa akan terus ingat kesan baik itu dan mendoakan para gurunya. Baik selama hidupnya maupun setelah para gurunya sudah tutup usia. “Oleh karena itu, jadikanlah pekerjaan dunia ini sebagai tabungan akhirat,” tegas Mawardi.