Penulis: Abd Gafur *
Sejarah mencatat, Nabi Ibrahim dengan penuh ketaatan rela mengorbankan Nabi Ismail atas perintah Allah. Siti Hajar yang berjuang merawat Nabi Ismail sendirian. Salah satu kisahnya, mencari air dari satu bukit ke bukit lain yang sekarang orang banyak tahu bukit shofa dan marwah. Pun Nabi Ismail ikhlas dikorbankan atas nama ketaatan kepada Allah.
Gerimis berjatuhan tanpa aba-aba. Ratusan orang dari segala usia dan penjuru berjalan cepat menuju aula di Pasar Lumpur, Sumber Lesung, Ledokombo, Jember, Senin (9/6/2025).
Sejumlah perempuan tampak cekatan menakar nasi dan lauk spesialnya hari itu ‘sate kambing’ serta kuah gulenya di samping aula sederhana yang 99% terbuat dari bambu. Piring-piring tampak tertata rapi di dekat mereka.
Dari keajahuan, beberapa orang terlihat menerobos gerimis. Dedaunan seakan tak berdaya akibat tekanan air yang terus berjatuhan dari langit.
Ratusan orang itu terdiri dari pelajar, petani, pedagang, pejabat pemerintah, aktivis, akademisi, dan ragam profesi lainnya.
Sebagian banyak dari mereka warga sekitar Pasar Lumpur Desa Sumber Lesung. Sebagian juga ada yang dari desa lain. Ada yang dari Desa Harjomulyo, Sukogidri, Karangharjo, dan Lembengan. Bahkan ada yang dari Bondowoso (Maesan, Sucolor, Sumbersari , dan Wringin).
Mereka duduk sama rata dengan posisi bersila membentuk huruf ‘U’ menghadap ke selatan beralaskan terpal dan karpet.
“Subhanallah, Walhamdulillah, Walailaha Illallah….”suara tretan Iqbal terdengar jelas membacanya sebagai pertanda tahlil bersama dimulai.
Wasilah melalui pembacaan kalimat tasbih, tahmid, tahlil, serta bacaan yang biasa dibaca saat tahlilan selesai dalam kurun waktu sekira 15-20 menit.
“Alhamdulillah, kita bisa berkumpul hari ini. Pada momentum Idul Adha ini, mari ingat kembali kisah Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar AS dan anaknya, Nabi Ismail AS. Sejarah mencatat, Nabi Ibrahim dengan penuh ketaatan rela mengorbankan Nabi Ismail atas perintah Allah. Siti Hajar yang berjuang merawat Nabi Ismail sendirian. Salah satu kisahnya, mencari air dari satu bukit ke bukit lain yang sekarang orang banyak tahu bukit shofa dan marwah. Pun Nabi Ismail ikhlas dikorbankan atas nama ketaatan kepada Allah.”

Begitu kata Supo atau Lek Hang, sapaan pendiri Tanoker Ledokmbo itu. Dia mengajak hadirin untuk membuka lembaran sejarah peristiwa yang benar-benar menguji ketaatan penghambaan bapak para nabi (Nabi Ibrahim) kala itu.
Dia mengajak hadirin bisa menerapkan pelajaran penting dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ke kehidupan masa kini. Dari kemantapan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, keikhlasan, pentingnya ketulusan dari orangtua dalam mendidik anak, hingga seorang anak juga perlu taat pada apa yang diminta-suruhkan orangtuanya dan pelajaran penting lainnya.
“Dari banyak pelajaran itu, kalau untuk kehidupan kita hari ini, misalnya orangtua bisa ajarkan cara ibadah yang benar. Adik-adik ini, dimintai tolong ke warung untuk beli garam atau barang kebutuhan lain padahal sedang bermain, ya, bisa berhenti dulu mainnya, demi penuhi permintaan orangtua.”
Sejumlah anak usia TK dan SD berkerumun di pojok kiri bagian depan aula. Mereka bersiap untuk pertujukan drama bertema ‘Hari Raya Idul Adha’.
“Mari kita saksikan, drama dengan tema momentum hari raya kali ini yang akan diperankan oleh adik-adik kita,” kata pemandu acara dan disambung tepuk tangan apresiasi oleh hadirin.

Pentas itu diiringi bunyi kentongan dipadukan dengan sentuhan gendang. Setiap anak yang jadi pemeran dalam drama itu memainkan perannya dengan baik.
Acara itu diakhiri dengan takbiran bersama dan do’a yang dipimpin tokoh setempat sekaligus makan bersama yang disediakan oleh Tanoker.


*Catatan singkat ini dijahit dari kunjungan saya pada acara peringatan Idul Adha oleh Komunitas Tanoker , Senin (9/6/2025) di Pasar Lumpur, Sumber Lesung, Ledokombo, Jember.