Berita Daerah FEATURE

Melihat Lebih Dekat Tradisi Rokat Massal oleh Warga Salah Satu Desa di Jember

Malam itu, ragam makanan diletakan di atas karpet warna merah. Ada yang sudah siap saji terkemas rapi di dalam baskom, ada juga yang masih utuh. Sejumlah sisir pisang matang diletakkan di bagian tengah dengan posisi tak beraturan. Beberapa ikat rambutan matang terpajang di sampingnya.

Satu piring terbuat dari seng berisi cairan kuning dibiarkan di bagian tengah. Belasan baskom ukuran sedang dibungkus dengan kresek, sebagian warna merah, sebagian lain warna putih transparan. Sebagian ditutup daun pisang.

Beberapa pria berpeci hitam dan putih berada di depan dan di samping. Mereka duduk dengan posisi bersila. Di depannya, beberapa perempuan dengan ragam warna baju dan jilbab dan sebagian tak berjilab duduk bersila. Sejumlah pria berkaos warna hitam berada di bagian pinggir karpet. Ada yang berdiri, ada yang duduk. Lampu ukuran sedang dengan cahaya tak begitu terang menyala di atas mereka.

Di sudut lain, satu pohon pisang berbuah dipajang di samping baskom warna hitam berisi kembang ragam warna dan jenis, air, lengkap dengan canting ari batok kelapa tua bergagang ranting hitup.

Bahan-bahan tersebut digunakan untuk memandikan anak pandawa, anak-anak yang mau dirokat Prosesnya, kepala peserta rokat ditutup dengan capeng dari ayaman bambu. Mereka dimandikan dengan kembang tersebut oleh tokoh yang bertugas dalam prosesi tersebut.

Visual itu terekam dalam kegiatan Rokat Massal  di salah satu sudut Desa Badean, Kec. Bangsalsari, Kab. Jember, Sabtu (18/1/2025) malam.

Kata “Rokat” berasal dari Bahasa Madura yang memiliki makna selamatan, yang dalam Bahasa Indonesia sepadan dengan kata ruwatan. Kata “Massal” bermakna bersama-sama.

Sesi awal Rokat Massal dan persiapan pembacaan Macapat. (Dok.Komunitas Kulit Pohon)

Sucikan Diri, Buang Sial dan Jaga Solidaritas Bertetangga

Andi Faisal, penggagas acara malam itu bilang, Rokat Massal adalah sebuah tradisi berupa ritual yang dilakukan bersama oleh masyarakat sekitar dengan tujuan menyucikan diri dan membuang kesialan dalam hidup.

“Kegiatan ini juga sebagai bentuk totalitas melestarikan tradisi sekaligus menjaga kebudayaan para leluhur. Ruwatan Massal ini adalah upaya kami untuk menjaga warisan budaya sekaligus memperkuat keharmonisan masyarakat dan menghindari malapetaka,” katanya.

Andi menyebut, kegiatan malam itu didukung oleh Jember_Ecotourism dan Komunitas Kulit Pohon, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember.

“Jember_Ecotourism berperan aktif dalam memastikan kegiatan selama acara berlangsung, diikuti juga dengan pembuatan film dokumenter. Selain itu, komunitas kulit pohon turut serta dalam menyediakan bahan-bahan alami yang digunakan dalam acara ruwatan. Ada sekitar enam orang anak pandawa dengan ragam usia dan berjenis kelamin perempuan dan laki-laki yang dirokat,” kata penerima Dana Indonesiana tersebut.

Pembacaan Macapat oleh maestro yang dihadirkan oleh penyelengggara Rokat Massal. (Dok. Komunitas Kulit Pohon)

Rozak, salah satu warga setempat menuturkan, Rokat Massal merupakan tradisi yang sangat penting bagi masyarakat setempat.

“Selain sebagai ajang melestarikan budaya, ini bagian dari cara kami memohon keberkahan bagi masyarakat Badean,” katanya.

Dia bilang, kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan keimanan masyarakat, juga dapat mengembangkan rasa solidaritas dan kebersamaan masyarakat.

Bambang Rudianto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember turut mendukung kegiatan dokumentasi karya pengetahuan maestro dan acara ruwat masal.

“Saya sangat mengapresiasi kepada Andi Faisal dan Komunitas Kulit Pohon selaku penerima Dana Indonesiana dalam kegiatan dokumentasi karya pengetahuan maestro,” ujarnya, dalam keterangan tertulis.

Kilas Balik dan Persyaratan Sesajen

Andi mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan tahapan lanjutan dari  program dokumentasi karya pengetahuan maestro dalam bentuk film dokumenter yang dilakukan di beberapa tempat, di Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari dan Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat.

“Pada kegiatan rokat massal yang dilakukan di Desa Badean merupakan kegiatan awal yang nantinya akan dijadikan sebagai kegiatan reguler yang terletak di Desa Badean,” jelasnya.

Menurutnya, kegiatan tersebut disambut baik oleh Purnanto, selaku Kepala Desa Badean. Kegiatan tersebut juga melibatkan Komunitas Kulit Pohon, Komunitas Murtasiya, Komunitas Macapat Gotong-Royong dan pemuda Desa Badean. Pelaksanaannya melibatkan masyarakat Desa Badean yang akan dirokat.

Air kembang yang disiapkan untuk prosesi Rokat Massal. (Dok. Komunitas Kuliat Pohon)

“Tentunya terdapat beberapa persyaratan khusus atau sesajian yang diperlukan dalam tradisi rokat. Diantaranya; ayam ingkung, nasi tumpeng, satu ekor ayam, jajanan pasar, ketupat pandawa, jenang, buah-buahan, rabunan (anyaman berbentuk kerucut, mori, pohon pisang yang kembar, kembang seribu, dan lain-lain,” beber Andi.

Prosesinya, jelas Andi, diawali dengan pertunjukan sang maestro mamaca bersama kelompoknya membacakan ayat suci Al-Qur’an. Kemudian memandikan seorang anak pandawa yang akan dirokat, pembacaan naskah pandawa dan penutup. Kegiatan ini dilakukan dari selepas waktu isya hingga menjelang subuh.

Foto Utama: Peserta Rokat Massal sedang disiram dengan kembang yang sudah disiapkan. Tahap itu merupakan prosesi inti : dirokat. (Dok. Komunitas Kulit Pohon)

Jurnalis    : Abd Gafur

Editor        : Abd Gafur

Anda mungkin juga suka...