Jam di smartphone menunjukkan pukul 13.25 WIB. Pohon kelapa (Cocos nucifera L), mahoni (Swietenia macrophylla King) dan jenis tumbuhan lainnya berjejer di kanan kiri jalan sepanjang jalan menuju rumah Moh. Ihsan Zain di Dusun Bujudan, Desa Pamoroh, Kec. Kadur, Kab. Pamekasan.
Pemuda yang memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai human resource department (HRD) atau departemen sumber daya manusia (SDM) dan auditor serta supervisor di bidang peternakan.
Dia bertekad kelola sampah di kampung halamannya dengan mendirikan Bank Sampah Hamdalah.
Pria berkacamata itu berdiri di depan pintu bercat putih. Memakai kaos oblong dan sarung, tapi tanpa peci. Ihsan membuka senyum dan menyapa dengan menyilakan saya masuk ke ruang tamu.
“Saya khawatir melihat sampah yang ada di daerah ini. Banyak yang dibuang ke ladang. Tahu sendiri, kan, sampah khususnya plastik dan sampah lain yang membutuhkan waktu lama untuk terurai tanah memprihatinkan. Apalagi sampah bisa bernilai ekonomis jika dikelola dengan baik. Dan saya rasa orang Madura tidak asing dengan rongsokan,” tuturnya awal diwawancarai, belum lama ini.
Dia cerita, dua tahun dia menjalankan profesi sebagai HRD, auditor dan supervisor bidang peternakan. Merasa bosan dengan profesi itu, sebab kurang bermanfaat bagi kampung halamannya, dia pun memilih resign dan pulang kampung.
Duduk santai di ruang tamu, Ihsan, begitu disapa, menjelaskan, konsep ide pembentukan bank sampah itu dibicarakan dengan empat teman dekatnya pada pertengahan Desember 2019 lalu.
Sementara sosialisasi misi kepedulian pada lingkungan tersebut dilakukan pada Januari 2020. Konsep sosialisasinya tidak langsung menyampaikan ide bank sampahnya. Tapi didesain dengan cara penyuntikan ternak milik warga sekitar berbekal ilmu tentang peternakan sesuai bidang studi yang ditempuh di Universitas Muhammadiyah Malang beberapa tahun lalu.
“Disela-sela sosialisasi penyuntikan itu, saya pelan-pelan memasukkan ide bank sampah itu. Alhamdulillah, direspon baik. Sekitar 30 orang perwakilan setiap KK, ” katanya.
Sembari membetulkan kacamatanya, ihsan menjelaskan, dia bersama anggota bank sampah lainnya menjemput sampah dari rumah satu ke rumah lainnya. Penjemputan dilakukan satu minggu sekali menggunakan motor pribadi milik anggota .
“Sebenarnya sudah komunikasi soal kendaraan dengan DLH Pamekasan. Tapi belum dapat. Bahkan di lokasi ini ditawarkan jadi TPS 3 R. Sempat juga presentasi di depan Wabub (Alm) Alhamdulillah, direspon baik,” bebernya.
Meski sudah mendapat tawaran dijadikan TPS 3 R, namun Ihsan merasa kesulitan lahan. Sudah ada upaya minta ke desa, masih diberikan separuh. DLH Pamekasan sudah melakukan peninjauan sebelum ada wabah Corona, Februari 2020 lalu. Tapi tidak sesuai standardisasi.
“Dari pihak desa dikasih ukuran 7×10, lokasinya masuk dusun Bujudan. sedangkan standardisasi menurut DLH 10x 20. Awalnya hanya bilang bagus. Tapi beliau belum paham bank sampah. Struktural lengkap. Disetujui desa dan DLH. Tapi sekarang tanah yang dikasih desa masih dikelola salah satu warga. Kasihan, masih ditanami tembakau,” jelas Pria kelahiran 1 Agustus 1994 tersebut.
Untuk saat ini, bangunan bank sampah hamdalah didesain serupa garasi. Terbuat dari kayu, bambu, seng, hasbis. Bank sampah itu bisa memuat dua ton sampah.
Sampah dipisahkan organik dan an organik. Baik sampah yang produktif dan tidak. Sampah organik dibuat konsep dijadikan pakan ternak, Magot. Tapi belum terealisasi. Untuk plastik dijadikan paving blok. Metode itu dia dan anggotanya belajar dari YouTube. Tapi karena ternyata kurang alat dan polusi begitu banyak, jadi hanya sebatas percobaan.
Sampah berupa kardus, kertas, botol air mineral, seng dan besi dikumpulkan sampai mencapai 1 ton. Lalu dibawa ke pengepul di daerah Sumedangan, Pamekasan untuk dijual.
Sedangkan minyak jelantah , katanya, dibuat diolah jadi bahan bakar dan sudah komunikasikan dengan salah satu temannya di Sidoarjo untuk diekspor ke Belanda. Minyak jelantah itu didapatkan dari hasil kerjasama dengan sejumlah kafe dan hotel di Pamekasan
“Pernah dari pagi sampe malam saya dan anggota melakukan pemilahan.Tapi sekarang dipilah sendiri oleh nasabah. Alhamdulillah, uang hasil penjualan diatas UMR Pamekasan,” ungkap Ihsan.
Ada tiga kategori tabungan sampah di bank sampah milik Ihsan. Reguler, Sembako dan Pendidikan. Tabungan reguler ini bisa diambil setiap bulan. Nominal 50 sampai 100 ribu.
“Kadang tidak diambil sebulan, tapi ditabung sama nasabah. Ide ini juga guna membantu tetangga dari segi ekonomi, meski tidak seberapa,” jelasnya sambil menunjukkan buku tabungan bank sampah hamdalah dengan warna hijau dan putih.
Sistem tabungan untuk kategori sembako, hasil penjualan sampah dibelikan sembako. Beras, minyak goreng dan lainnya. Sedangkan yang ketiga, tabungan Pendidikan. Hasil penjualan sampah pada kategori ini bisa diambil 6 bulan sekali dengan mengikuti semester sekolah berjalan. Bisa dibelikan alat-alat sekolah. Tapi Bisa juga diuangkan.
Meskipun mengelola bank sampah, ilmu peternakannya tetap dijalankan. Dia tetap melakukan penyuntikan ternak warga sekitar. Tapi tidak membuka layaknya seperti kantor, melainkan sekadar memenuhi panggilan tetangganya yang membutuhkan tenaganya saja. Tarifnya pun tidak sebagaimana biasanya. Dia lakukan dengan misi membantu tetangga saja.
“Tarifnya, ya, pengabdian. Ganti suntik sama obat saja. Ini tidak bermaksud mau merusak tarif pasar. Hanya bantu saja, ” jelasnya.
Saat ini, dia juga sedang menjalin kerjasama dengan salah satu pengusaha ternak sapi. Dia berperan sebagai konsultan bagi orang tersebut untuk sejumlah sapi yang diternak.
“Bank sampah tidak hanya di sini. saya harap daerah lain juga ada. Bahkan saya terbuka untuk kerjasama. Diakui atau tidak, sampah di kota juga di desa jadi masalah bersama,” harap Ihsan.
Ihsan menjelaskan, sudah ada satu cabang bank sampah di Pragaan. Di Desa Terak masih dalam rencana. Ke depan ada rencana mau kerjasama dengan sekolah untuk pengumpulan sampahnya.
Dia berharap masyarakat juga sadar, bahwa sampah berbahaya jika dibiarkan dan bisa sadar bahwa sampah jadi bernilai ekonomis. Menurutnya, Jargon ajakan buang sampah pada tempatnya sepertinya kurang mempan.
Ihsan mengungkapkan, Bank Sampah Hamdalah mendapatkan sejumlah penghargaan sepanjang tahun 2023.
1. Penghargaan dari Gubernur Jawa Timur untuk pelaku Startup Jawa Timur.
2. Ihsan sendiri, terpilih sebagai Finalis Pemuda Utama Jawa Timur (Harapan 1).
3. Undangan Startup se Asia di Jakarta (TechinAsia).
Dia cerita, sejak tahun 2023 dan seterusnya ingin bangun ekosistem persampahan. Nama ekosistemnya adalah SampahKita.
Setidaknya, ada terobosan yang akan ada dalam lingkaran ekosistem tersebut ada:
Pertama, Bank Sampah Hamdalah yang memberikan edukasi ke Masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah dan menukar sampahnya dengan rupiah.
Kedua, Paperpay.id. yang memberikan solusi pada perkantoran swasta maupun pemerintahan untuk menukarkan kertasnya dengan pengelolaan aman dan terpercaya.
“Nah, yang ketiga adalah Ecosantren: Program ini untuk mengedukasi seluruh pesantren di Pamekasan. Tujuannya, agar bisa mengelola sampahnya dengan baik dan sampahnya bisa dijadikan pendapatan pondok pesantren dan program ini gratis,” jelas Ihsan.