Ecoton Sebut Ada Mikroplastik di Tubuh Manusia

Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan atau Ecoton ungkap adanya mikroplastik dalam tubuh manusia.  Fakta itu diungkap dalam Pameran Inovasi Booth SDG’s SDGs di Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (24/10/2024).

Ecoton membawa booth dengan tema “Exhibition Human Plastic“. Tema ini dilandaskan oleh banyak temuan bahwa organ tubuh manusia sudah terkontaminasi mikropl astik, meliputi di otak, paru-paru, hati, ginjal, urin, testis, sperma, kulit, ASI Ibu Hamil, dan yang paling parahnya ditemukan mikroplastik pada cairan amnion dan plasenta janin.

Rafika Aprilianti, kepala laboratorium mikroplastik Ecoton membeberkan, berdasarkan uji polimer mikroplastik oleh Ecoton, persentase yang paling banyak adalah 35.79% PET (botol plastik sekali pakai), 19,38% PS (styrofoam), 14,38% PVC (pipa), 13,11% Other (sachet), 12,98% PP (tutup botol, wadah microwave), 2,31% LDPE (kantong plastik), 1.58% HDPE (wadah personal care).

Rafika menjelaskan, adanya mikroplastik ini bisa menjadi bom waktu bagi kesehatan manusia.  “Memang bahayanya tidak langsung kelihatan oleh kita, tapi mikroplastik secara perlahan menyusup dalam tubuh kita bahkan dalam janin dalam ibu hamil,” katanya, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/10/2024).

Dia menguraikan, plastik tersusun dari 16.000 senyawa kimia, dan senyawa tersebut termasuk dalam senyawa pengganggu hormon, sehingga jangka nya berpotensi menyebabkan penyakit kanker, diabetes melitus, dan penyakit bawaan lainnya.

Plastik sachet, katanya, meracuni anak-anak di Indonesia. Paparan kimia dalam sachet dapat meningkatkan resiko diabetes pada anak-anak, kasus diabetes pada anak-anak meningkat 70 kali lipat pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2010.

“Plastik sekali pakai (sachet) yang digunakan untuk membungkus minuman dan minuman dapat melepaskan senyawa kimia racun penyusun plastik serta melepaskan mikroplastik,” jelas Rafika.

Menurutnya, mikroplastik adalah remahan atau serpihan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter. Masyarakat Indonesia paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia, yaitu sebanyak 15 gram/bulan atau setara dengan 1 kartu ATM.

Saat ini, katanya, mikroplastik sudah banyak ditemukan di seluruh organ dalam tubuh manusia serta menganggu kesehatan tubuh manusia. Plasticizer, yaitu senyawa kimia penyusun sachet dapat mengganggu hormon insulin, sehingga berpotensi menyebabkan diabetes melitus.

Dia bilang, gaya hidup modern turut meningkatkan resiko gangguan ginjal kronis pada anak hal ini termasuk kebiasan mengonsumsi minuman manis dalam kemasan (sachet).

Prigi Arisandi, Pendiri Ecoton bilang, dalam kesempatan tersebut, Ecoton mengedukasi pengunjung tentang dampak yang ditimbulkan mikroplastik. “Selaras dengan tujuan acara Ecoton berusaha untuk mendorong minat pengunjung untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengurangan sampah plastik,” katanya.

Edukasi yang diberikan dalam pameran festival SDG’s 2024 ini mencakup; kesehatan yang baik dan kesejahteraan, 5 yaitu kesetaraan gender, 6 yaitu akses air bersih dan sanitasi, 11 yaitu kota dan komunitas yang berkelanjutan, 12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dan 13 yaitu penanganan perubahan iklim, 14 yaitu menjaga ekosistem laut, 15 yaitu menjaga ekosistem darat, 16 yaitu perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh dan 17 yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan .

Dia bilang, penting untuk lakukan aksi nyata dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai untuk menjaga kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.

“Setiap individu memiliki peran penting dalam mengurangi jejak plastik dengan beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti membawa botol minum sendiri, menggunakan tas kain, dan mendukung produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang,” katanya.

Dia bilang, mengurangi plastik sekali pakai bukan hanya langkah kecil untuk mengurangi polusi, tetapi juga investasi besar dalam menjaga kesehatan generasi mendatang dari paparan racun plastik yang semakin mengkhawatirkan.

Foto: Rafika Aprilianti, kepala laboratorium mikroplastik Ecoton sedang menjelaskan adanya mikroplastik dalam tubuh manusia. (Dok.Ecoton)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *