Catatan Miring Tentang Debat Publik Pertama Paslon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan

Penulis: Abd Gafur*

Bagaimana suasana debat publik calon pemimpin Pamekasan kemarin? Namanya saja debat, suasananya seperti presentasi mahasiswa baru. Mlempem, nggak ada panas-panasnya.

Debat Calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan 2024 sesi pertama baru saja terlaksana. Semua paslon, sudah unjuk visi misinya di momen itu. Ketiganya patut diapresiasi, karena sudah berani unjuk penampilan terbaiknya.

Abtina punya catatan yang berisi ulasan dinamika di debat itu. Tapi, sebelum mengulasnya lebih jauh, mungkin ada baiknya abtina ajak pembaca mengintip visi dan misi ketiga paslon. Dari milik Fattah Jasin dan Ahmad Mujahid Ansori (Tauhid), Paslon Kholilurrahman dan Sukriyanto (Kharisma) sampai Paslon Muhammad Baqir Aminatullah dan Taufadi.

Visi dan misi ketiga paslon yang juga disampaikan malam itu, penting untuk jadi sandaran bagi masyarakat Pamekasan dalam mengambil keputusan guna menentukan pilihannya.

Kepada ketiga paslon, izinkan abtina bertanya. Benarkah visi dan misi itu merupakan buah pikiran yang lahir dari nurani paslon dan timsesnya berdasarkan hasil analisis kondisi di Pamekasan? Atau itu hasil pesanan kepada joki perangkai visi dan misi karena butuh pissi untuk sekadar mengumpulkan diksi janji-janji musiman? Ah, itu hanya pertanyaan, tidak usah posang ngalèngsang!

Jika benar lahir dari nurani dan pikiran logisnya, siapapun yang terpilih nanti, apakah ada jaminan visi dan misi itu bisa terlaksana? Atau hanya akan jadi oretan usang setelah pemilihan?

Namanya Saja Debat, Suasananya 11:12 dengan Presentasi Mahasiswa Baru yang kehilangan slide PPT-nya

Terus terang, abtina merasa geli bila melihat momentum malam debat itu. Pasalnya, ketiga paslon tampak seperti mahasiswa baru yang sedang presentasi tapi kehilangan slide Power Point-nya. Kok bisa? Mari ikuti ulasannya di bawah ini.

Kita Mulai Ulasannya dari Paslon Tauhid

Entah apa yang sedang dirasakan Nom Fattah malam itu. Tapi yang jelas, lihat saja saat blio berbicara pada menit ke 21.29 sampai menit 25.30. Blio tampak tampil dengan sedikit percaya diri, banyak senyum, tenang tapi terlihat gugup.

Abtina tidak heran dengan cara blio berbicara di depan umum. Sebab blio sudah punya banyak pengalaman hadir dan berbicara di depan umum. Jika menghitung dari karir dalam birokrasi pemerintahan, bliobisa saja sudah terbiasa sejak menjadi Kepala Biro Administrasi Perekonomian Pemprov Jatim 2006-2010.

Dan soal cara tampil bersahaja versi Fattah, adalah hal biasa yang juga kita temukan di pagelaran pentas sirkus public figure serupa di tempat-tempat lain. Dan itu tidak menjamin wilayah yang blio mimpikan untuk dipimpin, akan bersahaja seperti bajunya yang necis malam itu.

Pun dengan Pak Mujahid, calon wakil bupatinya. Blio tampak percaya diri namun sedikit berhati-hati berbicara. Penampilanya yang percaya diri tak perlu dikagumi, sebab blio mantan aktivis.

Namanya juga aktivis, tidak perlu diragukan soal cara berbicaranya di depan publik. Sebab, blio sudah terbiasa dengan retorika saat berbicara. Dan, ini juga tidak menjamin apakah blio benar-benar percaya diri dan mampu memimpin Pamekasan, jika terpilih nantinya.

Bagaimana dengan Paslon Kharisma?

Kholilurrahman sebagai calon bupati dari Paslon Kharisma terlihat tenang dan percaya diri tapi tidak banyak senyum. Blio pun tampak hafal siapa yang perlu disapa sejak mulai berbicara di menit ke 25.54 sampai menit ke 29.50. penyebutannya pun tidak sembarang.

Blio bahkan fasih menyebut perwakilan lembaga pemerintah dan kawan-kawan berprofesi lainnya yang menurut  blio hadir dan perlu disapa. Maklum, blio sudah pernah menjabat sebagai Bupati Pamekasan 2008-2013.

Meskipun blio tampak tenang saat berbicara dan seperti menguasai panggung, tapi blio sesekali tidak bisa memanfaatkan waktu yang disediakan. Terbukti, blio berbicara sampai menit sampai 29.50. Padahal, waktu berbicaranya, hanya tersedia sampai menit ke 29.44. Blio pun tampak sesekali melihat teks dalam menyampaikan gagasannya.

Sukri, calon wakil Kiai Kholil, tampil dengan penuh senyum dan tegap. Cara berbicaranya pun tampak lugas, cukup baik untuk sekelas orang baru muncul ke permukaan tingkat Kabupaten Pamekasan.  Tapi lagi-lagi, blio ini mantan Kades yang hanya pengalaman memimpin desa yang belum ada jaminan dapat memimpin sekelas kabupaten nantinya.

Terakhir, Kita Ulas Paslon Berbakti

Cabup Paslon Nomor urut 3 yang akrab disapa Ra Baqir berbicara pada menit ke 30.01 sampai  menit 31.35. Menurut penulis, blio terlalu membuang-buang waktu. Sebab dalam momentum ini blio hanya diminta menyampaikan visi dan misi, bukan pidato. Pasalnya, blio justru masih memberikan moqoddimah seperti hendak mau ceramah agama. Abtina bilang begini, bukan anti agama. Tidak. Tapi, kok, ya tahu kondisi lah, masa tidak bisa melihat waktu yang disediakan?

Tapi abtina salut kepada blio, karena masih sempatkan diri menyapa masyarakat Pamekasan dalam pembicaraanya. Mungkin blio sadar, blio hendak memimpi masyrakat Pamekasan, bukan hanya yang hadir di acara itu.

Blio juga tampak lebih banyak membaca teks, baik saat bertanya pun menjawab. Melihat itu, tak berlebihan bila penulis sebut blio tampaknya seperti kurang percaya diri. Abtina memaklumi itu, karena blio sendiri sepertinya belum punya pengalaman tampil di pentas serupa.

Atau, bisa jadi, mungkin karena blio terbiasa dengan latar belakangnnya: santri yang memilih tampil dengan gestur tawaduk di depan siapa pun. Tapi, ini kan, debat calon pemimpin menyampaikan gagasan, apa sulitnya melihat  ke hadirin dan berbicara sambil tersenyum?

Alih-alih berbicara sampai 4 menit, blio justru hanya berbicara kurang dari dua menit. Kemudian melimpahkan ke Taufadi, selaku wakilnya untuk memaparkan lebih panjang.

Abtina menilai, pelimpahan ini bisa dimaknai dengan pertanyaan: Pertama, blio belum percaya diri? Kedua, hendak menunjukkan kekompakan sebagai calon pimpinan yang kolaboratif?

Taufadi, mulai berbicara di menit ke 31.36. Melihat taufadi, justru kebalikan dari Ra Baqir. Blio tampil dengan wajah sumringah, bicaranya lugas dengan gestur percaya diri yang cukup.

Maklum, blio mantan aktivis di masa mudanya. Mungkin sudah terbiasa berbicara di depan umum. Bahkan blio sendiri tampak tidak merasa kesulitan menunjukkan gestur komunikatifnya.

Meskipun demikian, blio masih terlihat masih banyak melihat ke teks di depannya. Taufadi berbicara sampai menit 34.01. Blio bahkan menyisakan 1 detik waktu berbicaranya. Dari situ, blio tampak bisa adaptasi dengan waktu yang disediakan.

Lalu, Paslon Mana yang Layak Dipilih?

Masyarakat Pamekasan punya hak untuk memilih siapa yang akan dijadikan pemimpin di Pamekasan dalam 27 November mendatang. Mau pilih paslon satu, dua, dan tiga, ya ngèrèng ka’ator, kasokana. Terpenting, jangan sampai golput apalagi terjebak dalam transaksi jual beli suara, misalnya. Jangan sampai.

Bagaimana suasana debatnya secara keseluruhan? Ah, malam itu abtina merasa bukan menyaksikan debat calon pemimpin, melainkan presentasi dan diskusi mlempem saja, nggak ada panas-panasnya. Pertanyaan dan jawabannya pun sama-sama sebatas formalitas saja.

Dari acara yang katanya debat publik pertama ini, masyarakat Pamekasan bisa menilai sendiri. Seperti apa gagasan dan cara calon pemimpinnya berbicara. Bila pembaca mau melihatnya lebih lengkap, bisa lihat tayang ulang video tersebut di sini.

Tidak seru sih, tapi setidaknya bisa membuktikan. Apakah benar acara debat publik cabup-cawabub Pamekasan malam itu layak disebut debat calon pemimpin, atau 11:12 dengan presentasi mahasiswa baru?

Foto: Tangkapan layar Debat Publik Pertama Calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan 2024.

 

*Pemuda yang lahir dan besar di Pamekasan. Tukang masak di dapur redaksi Indoklik.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *